Menjadi Orang Tua
Toxic Parenting: Kenali Ciri-ciri dan Dampaknya
15 Mar 2024
Toxic Parenting: Kenali Ciri-ciri dan Dampaknya
15 Mar 2024

Kurangnya percaya diri pada anak bisa jadi karena memiliki orangtua  toxicparenting. Anda harus mengenali ciri-cirinya sejak dini agar bisa ditanggulangi. 

Apabila orangtua terlalu memaksakan diri untuk menerapkan pola asuh sesuai dengan keinginannya, tanpa memperdulikan mental anak disebut dengan Toxic Parenting.  Dengan demikian, anak bisa  terkena penyakit mental.

Toxic Parenting Memiliki Ciri-ciri Berikut Ini  

Pernahkah Anda melihat anak tidak percaya diri untuk bernyanyi ke depan kelas, padahal suaranya bagus? Hal seperti itu merupakan kondisi bahwa anak sudah terkena dampak orangtua toxic. Kenali hal tersebut dari sejak dini sebelum anak-anak kena mental. 

Bahkan, perilaku anak bisa menjadi agresif dan tidak sayang pada orang tua sendiri. Hal tersebut bisa terjadi akibat orangtua toxic. Apabila anak sudah terkena toxic parenting, akan tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia. 

Jika terjadi seperti itu, anak akan kehilangan percaya dirinya dan tumbuh menjadi pribadi introvert. Maka dari itu, orang tua harus introspeksi diri, apakah sudah menetapkan pola pengasuhan yang benar? Jangan-jangan tanpa disadari telah melakukan toxic parenting. Kenali ciri-cirinya berikut ini:

  1. Orang Tua Egois
    Apakah Anda selalu mengutamakan kepentingan Anda sendiri? Jika Ya, jangan berlebihan karena anak juga memiliki keinginan dan kebutuhan berbeda dengan orang tuanya. 

    Orang tua yang bijak, selalu mengutamakan kepentingan anak dibandingkan kepentingannya sendiri. Hal ini juga menumbuhkan rasa empati tinggi pada anak. 

  2. Teori Pembenaran
    Mayoritas keluarga di Indonesia menggunakan teori pembenaran dalam mendidik anak. Orang Tualah yang selalu benar. Anak selalu salah karena dianggap orang tua belum mengerti apa-apa. Sehingga pendapat anak pasti salah.

    Mau tidak mau anak harus mengikuti aturan orangtuanya. Karena orangtua telah memiliki pengalaman. Sehingga perkataan orangtua tidak boleh dibantah. Orangtua menerapkan teori pembenaran ini untuk dipatuhi anak-anaknya. Melawan orangtua berarti dosa besar.  

  3. Bersifat Kompetitif
    Terkadang orang tua merendahkan dan membandingkan prestasi dirinya dan anak. Sementara si anak sudah bekerja keras. Orang tua menekankan harus memperoleh prestasi lebih tinggi. 

    Misalnya, anak hanya mendapatkan rangking ke-3 di sekolahnya. Lalu memberitahukan orangtuanya. Sayangnya, reaksi orang tua tidak terlihat bahagia. Bahkan cenderung mendorong anak untuk meraih prestasi lebih tinggi lagi seperti dirinya dahulu atau kakak-kakaknya. 

  4. Memalukan
    Tanpa disadari, orang tua pernah atau sering mempermalukan anak. Misalnya, memberitahukan ke semua orang dan tetangga serta lingkungan terdekatnya, bahwa anaknya sulit diatur, jarang belajar, dan melawan orang tua.

    Meskipun tujuannya untuk curhat ke tetangga tetapi hal tersebut bisa mempermalukan anak. Anak cenderung mengurung diri karena dirinya tidak begitu baik dibandingkan dengan teman-temannya. 

  5. Menyalahkan Anak dan Mengkritiknya
    Tindakan toxic parenting bisa terlihat bila orang tuanya selalu menyalahkan anak. Bahkan ketika rumah belum rapi, orang tua menyalahkan anak dengan malas bersih-bersih. Bahkan melabeli anak dengan kata malas. 

    Hal itu akan menyakiti anak. Anak bahkan semakin tidak terkontrol dan merasa malas mengerjakan sesuatu, baik itu PR dan juga tidak mau membantu orang tua. Karena ucapan kotor telah merasuki benaknya. 

  6. Tidak Menghargai Usaha Anak 
    Ciri toxic parenting selanjutnya, tidak menghargai usaha anak. Saat anak dituntut untuk jadi ranking ke-satu, dia akan belajar habis-habisan. Karena perintah orang tua mutlak harus dilakukan. 

    Setelah kerja keras yang dilakukannya tidak berbuah manis. Bahkan nilai sekolah anak turun, malah menjadi rangking ke-4,orangtua toxictidak akan menghargai usaha anak.
     
  7. Selalu Menuntut Anak
    Karakteristik toxic parenting lainnya yaitu orang tua selalu menuntut anak. Terlebih bila orangtua tersebut memiliki ambisi untuk menjadi lebih baik di dalam komunitasnya. Agar bisa pamer karena memiliki anak berprestasi. 

    Dengan begitu, orang tualah yang akan mendapat pujian. Sementara anak harus menanggung beban yang dituntut oleh orangtuanya. Hal ini bisa membuatnya stress, sehingga anak cenderung menjadi pemurung. 

  8. Melakukan Kekerasan Fisik dan Verbal
    Tidak sedikit anak yang mengalami trauma psikis karena mendapat kekerasan fisik dan verbal dari orangtuanya. Orangtua tidak segan memukulnya bila anak melakukan kesalahan atau mengatai anak dengan kata kasar. 

    Meskipun tujuan orang tua adalah baik tetapi sikap tersebut bisa mengundang trauma psikis. Bahkan saat dewasa nanti akan selalu diingat. Anak akan tumbuh menjadi pribadi kasar. 

  9. Mengawasi Anak Terlalu Ketat
    Apapun aktivitas anak harus berada dibawah kendali orangtua. Bahkan hal sekecil apapun orang tua wajib tahu. Sikap tersebut membuat anak tidak nyaman. Lalu pada akhirnya merasa risih. 

    Hal tersebut merupakan ciri orangtua toxic. Anak memiliki privacy sendiri, meskipun dia adalah darah daging kita. Anak juga memiliki ranah pribadi yang tidak ingin dicampuri. 
  10. Anak Bukanlah Pendukung Kita
    Orangtua toxic akan membeberkan semua rahasia kehidupannya. Mulai dari keuangan bahkan hingga urusan dewasa. Tujuannya untuk curhat. Namun anak tidak akan mengerti. 

    Maka dari itu, jangan sesekali menceritakan masalah apapun pada anak. Karena anak bukan support system mereka. Justru kita yang menjadi support system bagi mereka. Jangan membuat anak stress karena hal ini. 

  11. Melabeli Anak dengan Penamaan Jelek Hingga Anak Merasa Risih
    Meskipun tujuannya bercanda, tetapi melabeli anak dengan nama jelek karena fisiknya atau perbuatannya bisa membuat anak risih dan merasa dipermalukan. 

    Panggil anak dengan sebutan baik, karena ucapan itu doa. Ingat tidak ada anak terlahir sempurna. Akan selalu ada kekurangannya, entah itu dari sikap atau fisiknya. Namun, yang pasti jangan memanggil anak dengan nama buruk. 


Menjadi orangtua itu tidak mudah karena anak adalah peniru ulung orangtuanya. Sehingga jangan sampai bersifat buruk atau toxic parenting kepada anak yang dapat membuatnya berperilaku buruk.