Panduan Isolasi Mandiri Pada Anak
Kasus COVID-19 yang masih berada di sekitar kita harus selalu kita waspadai dengan protokol kesehatan ketat. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus COVID-19 pada anak di Indonesia saat ini sekitar 12%, dengan case fatality mencapai 3-5%. Angka ini harus menjadi perhatian kita bersama untuk mencegah kenaikan angka kasus COVID-19 pada anak.
Jika memiliki anak yang terpapar COVID-19, tidak perlu panik dan khawatir, berikut beberapa panduan yang dapat diperhatikan selama isolasi mandiri pada anak yang disampaikan oleh dr. Reza Fahlevi, Sp.A.
COVID-19 pada anak gejalanya sangat bervariasi dengan rentang yang berbeda-beda. Bisa dikategorikan dengan yang tidak bergejala, bergejala ringan, hingga berat. Tidak semua anak dengan COVID-19 harus dirawat. Jika anak mengalami gejala ringan, sebaiknya dilakukan isolasi mandiri di rumah. Namun jika anak mengalami gejala sedang hingga berat, atau memiliki komorbid (penyakit penyerta/ penyakit kronis sebelumnya), sebaiknya anak dirawat di rumah sakit agar dapat dipantau dengan ketat.
Jika kondisi anak tersebut positif, sedangkan anggota keluarga lainnya negatif, maka sebaiknya memilih orang dewasa yang tidak memiliki penyakit komorbid untuk membantu merawat. Hal ini untuk mengurangi resiko terinfeksi fatal pada penjaga anak.
Seperti termometer, oximeter, masker medis & hand sanitizer.
Jangan menggabungkan anak dengan anggota keluarga lain yang negatif. Perhatikan juga ventilasi udara di dalam kamar atau rumah agar tetap ada sirkulasi udara.
Apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk mendapat informasi kesehatan dengan lebih cepat, tepat dan efektif.
Orang tua harus memastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi dengan baik. Hal tersebut termasuk:
Sumber: Rumah Sakit MMC (dr. Reza Fahlevi, Sp.A.)